SURAT CINTA
TO: CALON SUAMI
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh…
Dear calon suamiku
Apakabarnya imanmu hari ini? Sudahkah
harimu siawali dengan syukur karena dapat menatap kembali fananya hidup ini?
Sudahkah air wudhu menyegarkan kembali ingatanmu atas amanah yang saat ini
tengah aku genggam?
Wahai calon suamiku
Tahukah engkau betapa Allah sangat
mencintaiku dengan dahsyatnya?disini aku ditempa untuk menjadi dewasa, agar aku
lebih bijak menyikapi sebuah kehidupan dan siap mendampingimu kelak. Meskipun
kadang keluh dan putus asa menyergapi, namun kini kurasakan diri ini lebih
baik.
Kadang aku bertanya-tanya,
kenapa Allah selalu mengujiku tepat dihatiku. Bagian terapuh diriku, namun aku
tahu jawabannya. Allah tahu dimana tempat yang paling tepat agar aku senantiasa
kembali mengigat-Nya dan kembali mencintai-Nya. Ujian demi ujian insyaallah
membuatku menjadi lebih tangguh, sehingga saat kelak kita bertemu, kau bangga
telah memiliki aku dihatimu, menemani hatimu.
Calon suamiku
Entah dimana drimu sekarang.
Tapi aku yakin Allah pun mencintaimu sebagaimana Dia mencintaiku. Aku yakin Dia
kini telah melatihmu menjadi mujahid yang tangguh, hingga akupun bangga
memilikimu kelak. Apa yang kuharapkan dari dirimu adalah kesalihan. Semoga sama
halnya dengan dirimu. Karena apabila kecantikan yang kau harapkan dariku. Hanya
kesia-siaan yang dapati.
Aku masih haus akan ilmu, namun
berbekal ilmu yang saat ini , aku berharap dapat menjadi istri yang mendapat
keridhoan Allah dan dirimu, suamiku.
Wahai calon suamiku
Saat aku masih menjadi asuhan ayah dan
bundaku, tak lain doaku agar menjadi anak yang solehah agar kelak dapat menjadi
tabungan keduanya di akhirat. Namun nanti, setelah menjadi isterimu, aku
berharap menjadi pendamping yang solehah agar kelak disyurga cukup aku yang
menjadi bidadarimu, mendampingi dirimu yang soleh.
Aku ini pencemburu berat. Tapi
kalau Allah dan Rasulullah lebih kau cintai dari pda aku, aku rela. Aku harap
begitu pula dirimu.
Pernah suatu ketika aku membaca
sebuah kisah, “aku minta pada Allah setangkai bunga segar, Dia memberiku kaktus
berduri. Aku minta kepada-Nya hewan mungil nan cantik, Dia beri aku ulat
berbulu. Aku sempat kecewa dan protes. Betapa tidak adilnya ini. Namun kemudian
kaktus itu berbunga, sangat indah sekali. Dan ulatpun tumbuh dan berubah
menjadi kupu-kupu yang teramat cantik. Itulah jalan Allah. Indah pada waktunya.
Allah tidak member apa yang kita inginkan, tapi Allah member apa yang kita
butuhkan.” Aku yakin kaulah yang kubutuhkan, meski bukan seperti yang aku
harapkan.
Calon
suamiku yang dirahmati Allah
Apabila hanya sebuah gubuk menjadi
perahu pernikahan kita, takkan kunamai dengan gubuk derita. Karna itulah markas
dakwah kita, dan akan menjadi indah ketika kita hiasi dengan cinta dan kasih.
Ketika kelak telah lahir
generasi penerus dakwah islam dari pernikahan kita. Bantu aku untuk bersama
mendidiknya dengan harta yanh halal, dengan ilmu yang bermanfaat, terutama
gengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah SWT.
Bunga akan indah pada waktunya.
Yaitu ketika bermekaran menghiasi taman. Maka kini tengah kupersiapkan diri ini
sebaik-baiknya, bersiap menyambut kehadiranmu dalan kehidupan.
Kini aku sedang belajar menjadi
yang terbaik. Meski bukan umat yang terbaik, tapi setidaknya menjadi yang
terbaik disisimu kelak.
Calon suamiku
Inilah harapan sekilas yang
kuukirkan dalam rangkai kata. Seperti kata orang, tidak semua yang dirasakan
dapat diungkapkan dengan kata-kata. Itulah yang kini kuhadapi. Kelak saat kita
tengah bersama, maka disitulah akan memahami diriku. Sama halnya dengan diriku
yang akan belajar memahamimu.
Ketika kelak telah lahir
generasi penerus dakwah islam dari pernikahan kita. Bantu aku untuk bersama
mendidiknya dengan harta yanh halal, dengan ilmu yang bermanfaat, terutama
gengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah SWT.
Bunga akan indah pada waktunya. Yaitu
ketika bermekaran menghiasi taman. Maka kini tengah kupersiapkan diri ini
sebaik-baiknya, bersiap menyambut kehadiranmu dalan kehidupan.
Kini aku sedang belajar menjadi yang
terbaik. Meski bukan umat yang terbaik, tapi setidaknya menjadi yang terbaik
disisimu kelak.
Calon suamiku
Inilah harapan sekilas yang kuukirkan
dalam rangkai kata. Seperti kata orang, tidak semua yang dirasakan dapat
diungkapkan dengan kata-kata. Itulah yang kini kuhadapi. Kelak saat kita tengah
bersama, maka disitulah akan memahami diriku. Sama halnya dengan diriku yang
akan belajar memahamimu.
Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh…
0 komentar:
Posting Komentar