Kamis, 03 November 2011


--SAHABAT—

Dear sahabat…
Kita selalu bersama dalam suka dan duka
Bagaikan bunga dan kumbang
Sebagai pasangan simbiosis mutualisme
Yang saling membutuhkan

Sahabatku…
Jiwa besarmu selalu dalam sanu baniku
Walau terkadang diriku terlalu naïf  untuk  mengakuinya
Tapi kini aku sadar
Bahwasannya kaulah sahabatku yang be the best  4 ever

Wahai sahabat…
Dalam tangisku engkau selalu bisa menenangkan hatiku
Meminjamkan bahumu saat diriku bersedih
Takkan pernah lupa diri ini akan kesetiaanmu dalam setiap lanhkah bersamamu
Dan janganlah engkau lupakan segala memori kita bersama
Dalam keceriaan dan kebersamaan

Sahabatku tersayang…
Aku janji takkan lagi menangis dihadapanmu
Bila kita berjumpa kembali
Itu janjiku!!!
Kupinta padamu agar jua tak menangisi kepergianku
Bila suatu saat aku akan pergi meninggalkanmu

Hei sahabat…
Terima kasih  engkau telah memberikan perhatian terhadapku
Sebagaimans engkau telah menjadi perisai
Bagi diriku
Dan telah menjadi perisai bagi dirimu







Minggu, 30 Oktober 2011


SURAT   CINTA
 TO: CALON   SUAMI

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Dear calon suamiku

        Apakabarnya imanmu hari ini? Sudahkah harimu siawali dengan syukur karena dapat menatap kembali fananya hidup ini? Sudahkah air wudhu menyegarkan kembali ingatanmu atas amanah yang saat ini tengah aku genggam?

Wahai calon suamiku

        Tahukah engkau betapa Allah sangat mencintaiku dengan dahsyatnya?disini aku ditempa untuk menjadi dewasa, agar aku lebih bijak menyikapi sebuah kehidupan dan siap mendampingimu kelak. Meskipun kadang keluh dan putus asa menyergapi, namun kini kurasakan diri ini lebih baik.

     Kadang aku bertanya-tanya, kenapa Allah selalu mengujiku tepat dihatiku. Bagian terapuh diriku, namun aku tahu jawabannya. Allah tahu dimana tempat yang paling tepat agar aku senantiasa kembali mengigat-Nya dan kembali mencintai-Nya. Ujian demi ujian insyaallah membuatku menjadi lebih tangguh, sehingga saat kelak kita bertemu, kau bangga telah memiliki aku dihatimu, menemani hatimu.

Calon suamiku

        Entah dimana drimu sekarang. Tapi aku yakin Allah pun mencintaimu sebagaimana Dia mencintaiku. Aku yakin Dia kini telah melatihmu menjadi mujahid yang tangguh, hingga akupun bangga memilikimu kelak. Apa yang kuharapkan dari dirimu adalah kesalihan. Semoga sama halnya dengan dirimu. Karena apabila kecantikan yang kau harapkan dariku. Hanya kesia-siaan yang dapati.

     Aku masih haus akan ilmu, namun berbekal ilmu yang saat ini , aku berharap dapat menjadi istri yang mendapat keridhoan Allah dan dirimu, suamiku.

Wahai calon suamiku

       Saat aku masih menjadi asuhan ayah dan bundaku, tak lain doaku agar menjadi anak yang solehah agar kelak dapat menjadi tabungan keduanya di akhirat. Namun nanti, setelah menjadi isterimu, aku berharap menjadi pendamping yang solehah agar kelak disyurga cukup aku yang menjadi bidadarimu, mendampingi dirimu yang soleh.
Aku ini pencemburu berat. Tapi kalau Allah dan Rasulullah lebih kau cintai dari pda aku, aku rela. Aku harap begitu pula dirimu.

      Pernah suatu ketika aku membaca sebuah kisah, “aku minta pada Allah setangkai bunga segar, Dia memberiku kaktus berduri. Aku minta kepada-Nya hewan mungil nan cantik, Dia beri aku ulat berbulu. Aku sempat kecewa dan protes. Betapa tidak adilnya ini. Namun kemudian kaktus itu berbunga, sangat indah sekali. Dan ulatpun tumbuh dan berubah menjadi kupu-kupu yang teramat cantik. Itulah jalan Allah. Indah pada waktunya. Allah tidak member apa yang kita inginkan, tapi Allah member apa yang kita butuhkan.” Aku yakin kaulah yang kubutuhkan, meski bukan seperti yang aku harapkan.

Calon suamiku yang dirahmati Allah

        Apabila hanya sebuah gubuk menjadi perahu pernikahan kita, takkan kunamai dengan gubuk derita. Karna itulah markas dakwah kita, dan akan menjadi indah ketika kita hiasi dengan cinta dan kasih.

     Ketika kelak telah lahir generasi penerus dakwah islam dari pernikahan kita. Bantu aku untuk bersama mendidiknya dengan harta yanh halal, dengan ilmu yang bermanfaat, terutama gengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah SWT.

    Bunga akan indah pada waktunya. Yaitu ketika bermekaran menghiasi taman. Maka kini tengah kupersiapkan diri ini sebaik-baiknya, bersiap menyambut kehadiranmu dalan kehidupan.
Kini aku sedang belajar menjadi yang terbaik. Meski bukan umat yang terbaik, tapi setidaknya menjadi yang terbaik disisimu kelak.

Calon suamiku

     Inilah harapan sekilas yang kuukirkan dalam rangkai kata. Seperti kata orang, tidak semua yang dirasakan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Itulah yang kini kuhadapi. Kelak saat kita tengah bersama, maka disitulah akan memahami diriku. Sama halnya dengan diriku yang akan belajar memahamimu.


      Ketika kelak telah lahir generasi penerus dakwah islam dari pernikahan kita. Bantu aku untuk bersama mendidiknya dengan harta yanh halal, dengan ilmu yang bermanfaat, terutama gengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah SWT.
    
        Bunga akan indah pada waktunya. Yaitu ketika bermekaran menghiasi taman. Maka kini tengah kupersiapkan diri ini sebaik-baiknya, bersiap menyambut kehadiranmu dalan kehidupan.
       Kini aku sedang belajar menjadi yang terbaik. Meski bukan umat yang terbaik, tapi setidaknya menjadi yang terbaik disisimu kelak.
Calon suamiku

       Inilah harapan sekilas yang kuukirkan dalam rangkai kata. Seperti kata orang, tidak semua yang dirasakan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Itulah yang kini kuhadapi. Kelak saat kita tengah bersama, maka disitulah akan memahami diriku. Sama halnya dengan diriku yang akan belajar memahamimu.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Jumat, 07 Oktober 2011

4 Sekawan Meraih Mimpi

“Melyca…!!!,” terdengar suara mama dari atas mercusuar rumah kami. Dengan sigapnya aku langsung lari kearah balkon depan rumah. Terlihat pak pos yang berhulir pergi melewati rumah kami tanpa memberi kabar dari negri sakura yang sudah lama aku nanti kabar kedatangannya. Sudah hampir sebulan aku menunggu hasil tes ujian masuk di universitas Tokyo fakulitas kedokteran yang tak kunjung datang, membuat jantungku jadi dagdigdug tak karuan. Berbeda dengan felix salah satu sahabatku di 4 sekawan meraih mimpi, dia begitu gembiranya masuk di sekolah penerbangan di Amerika sesuai dengan impianya sebagai pilot pesawat tempur. Aku berharap juga secepatnya menyusul felix meraih mimpi-mimpiku untuk melanjutkan sekolah ke negri sakura. “Melyca sudah sayang sabar aja pasti kamu masuk kesana mama yakin 100%,” nasehat mama yang selalu menghiburku dikala sedang bersedih. Dengan angukan pasrah aku menjawabnya dan beranjak pergi dari balkon menuju kekamar untuk bersiap-siap datang ke syukuran yang diadakan felix ditempat cafe yang sering kita datangi. Lima menit kemudian terdengar suara klakson felix yang menderu didepan halaman. Kali ini felix berpenampilan santai dan cool beda dari biasanya yang kukenal selama ini lebih terlihat semakin dewasa. Mobil felix serasa sepi kali ini biasanya dipenuhi canda tawa 4 sekawan meraih mimpi lainnya, kata felix “jessy dan mencit (alias villa panggilan kesayangan dari anak-anak 4 sekawan meraih mimpi) lagi pengen naik mobil baru mereka.” Aaahh… pasti aku tahu ini akal-akalan mereka, biar aku bisa bermobil berdua dengan felix. Semenjak felix nyatain cintanya ke aku seminggu kemarin kita berdua jadi cangung satu sama lain, bagiku felix hanyalah sekedar sahabat terbaikku selama ini yang bisa membuat aku nyaman bila ada didekatnya tapi semenjak dia nyatain cintanya, kenapa aku malah tak nyaman sama sekali. “Lyca…aammm sebenernya aku harap bisa menjadi lebih dari sekedar sahabat dimatamu, tapi…tapi kalo kamu belum siap aku bisa sabar menanti sampai kamu bisa menganggap aku sebagai kekasihmu bukan hanya sekedar sahabat,” kata felix sambil menyetir mobilnya. Dengar kata-katanya semakin membuat aku tak nyaman saat ini ada disampingnya. Dengan ramahnya aku jelasin kedia bahwasannya aku lebih merasa nyaman dia menjadi sahabatku dibandingkan menjadi kekasihku. Tapi sayang dia masih saja tak mau menyerah, dia bilang sampai kapan pun dia akan sabar menunggu sampai aku bisa menerimanya bukan hanya sekedar sahabat tapi lebih dari sekedar seorang sahabat dimataku, hanyaku jawab dengan angukan saja biar dia puas dan tak membahas tentang itu lagi. Akhirnya sampailah aku dan felix di café yang sering 4 sekawan meraih mimpi datangi, disudut meja menghadap ketaman di café ini sudah terlihat jessy dan mencit sedang ngobrol dengan hebohnya tanpa sadar kami sudah didepan mereka. Biasa pasti mereka ngomongin manager café ini yang begitu tampan dan ramah. Kira-kira sudah tiga tahun ini mencit menyukainya sejak awal kelas satu SMA dulu sampai kita lulus SMA, makanya kenapa dia semangat banget jadiin café ini sebagai tempat ngumpul-ngumpul anak 4 sekawan meraih mimpi, biar dia bisa sekaliaan ngecengin manager café ini itung-itung cuci mata setelah penat seharian disekolah katanya, katanya juga dia mau bangun salon disebelah café ini biar sering-sering lagi ketemu sama si manager itulah cita-citanya. Kali ini jessy bawa kabar gembira bahwasannya dia diterima di UI fakulitas arsitektur sesuai yang dia ingin-inginkan selama ini, dengan gembiranya kami rayakan untuk kesuksesan jessy dan felix. “Lyca kapan pengumunan dari negri sakura???,” tanya felix sambil melahap steak chiken kesukaannya dan di ikuti angguan villa dan jessy. “belum ada jawabannya,” aku jawab singkat. “tenang lyca kamu pasti keterima, aku juga belum ada pengumumannya keterima apa nggak tapi kita harus optimis pasti masuk,” villa tak sangka kata-katanya sekarang semakin bijak dan dewasa. Sekarang waktunya bagi 4 sekawan meraih mimpi untuk mengucap janji didepan 4 sekawan meraih mimpi lainnya. “kita empat sekawan meraih mimpi berjanji untuk selamanya akan menjalin persahabatan sampai ajal menjemput kita walaupun senang maupun sakit, jauh maupun dekat jarak yang memisahkan kita. Kita akan selalu menjadi sahabat untuk selamanya kebahagiaan kalian adalah kebahagianku kesedihan kalian adalah kesedihanku. Empat sekawan meraih mimpi semoga kita semua sukses semua…amien!!!!,” janji yang kami ucapkan yang dipimpim oleh jessy. Sambil mengenggam tangan satu sama lain. Tanpa terasa aku mengeluarkan air mata begitu juga dengan mencit dan jessy kecuali felix karna sahabat cowok kami satu-satunya yang mungkin jaim mau menangis didepan kami. Setelah kita mengucapkan janji persahabatan lalu kita berpelukan satu sama lain tak peduli dengan mata-mata yang ada didalam café sedang memperhatikan kita. Aku dan teman-teman terutama villa kaget minta ampun tiba-tiba sang manager café ini mendatangi meja kita dan memberikan gratis semangkuk es crem lezat buat kita, yang kagum melihat semangat persahabatan kita. Dengan senang hati kita terima es crem lezat ini.

-$$$-

Hari ini aku sama mama mau belanja ke mol sambil jalan-jalan melepas penat menunggu pengumuman yang tak kunjung datang , membuatku hampir putus asa saja. Macetnya Jakarta membuat perjalanku dan mama jadi terhambat setengah jam membuatku bosan didalam mobil. Aku ambil ipod dari dalam tas dan kemudian aku pakai erponnya ke kedua telinga sambil memutar lagu we will not grow old milik Lenka. Oh MG…itu motor arno mantanku dulukan!!! Tambah keren aja dia sekarang, gimana ya kabarnya sekarang, batinku dengan girang bisa lihat dia lagi setelah dia memutuskan untuk kuliah di UGM dan akhirnya kita memutuskan untuk berpisah karena aku tak mau pacaran long distance. “Lyca turun udah nyanpeknih???,” ajak mama. “mama duluan aja kesuper marketnya ntar lyca nyusul, lyca mau cari buku dulu dilantai atas,” kataku kemudian aku naik escalator kelantai atas cari buku yang ingin aku beli . Sampainya ditoko buku yang kucari, aku dengan buru-burunya mencari buku yang ingin kubeli tak sengaja aku menubruk orang yang ada didepanku. “maaf,” kataku sambil membungkukkan badan dan mengambilkan buku dia yang jatuh sewaktu aku tubruk tadi. “lyca…!!! Kamu melycakan???,” sapa orang yang kutubruk barusan. Lalu aku menoleh kearahnya yang jongkok disampingku yang sedang memungut bukunya. Astaga yang aku tubruk barusan arno sekarang dia manggil namaku pula, jeritku dalam hati. “ya ini aku melyca, maaf ya kak udah buat bukunya jadi jatuh berantakan,” kataku dengan tertunduk malu bisa-bisanya jalan nggak liat-liat. “oh ya tak apa, kamu lagi buru-buru ya??? Ampe jalan tergesa-gesa,” katanya sambil tersenyum manis. “enggak kak, kakak ambil kamus ini dimana???,” tanyaku mengalihkan pembicaraan. Dengan senang hati arno mau menunjukkan tempatnya, mengambilkannya dan membayarkan bukunya sekalian untuk aku. Dan setelah itu dia mengajakku untuk sekedar mengobrol dan menikmati secangkir kopi yang telah ia pesankan juga untukku. Dia masih sama seperti dulu, selalu sopan dan penuh perhatian terhadapku. Nada dering ponselku berbunyi, tertulis nama mama yang sedang memanggil aku. Betapa bodohnya aku bisa lupa tadi pergi bersama mama ke mol ini. “lyca kamu dimana!!! Mama udah kalar belanjanya, mama tunggu kamu diparkiran depan,” kata mama. ya mama lyca kesana sekarang,” aku akhiri pembicaraan dengan mama dan aku akhiri juga pertemuanku dengan arno. Dengan buru-burunya aku langsung menuju keparkiran depan dan menemui mama yang lebih dulu sampai dari pada aku , kemudian aku minta maaf karena enggak jadi bantu mama untuk menemaninya belanja. Sampainya dirumah selang waktu lima menit, arno datang membawa kamus yang aku beli bersamanya masih tertinggal akibat aku buru-buru pergi tadi. Dia bilang keaku, kalo pelupaku masih aja bersarang diotakku. Malunya diriku saat ini dia bela-belain datang kerumah gara-gara sifat pelupaku. Mama keluar balkon rumah bawa minuman untuk arno, tak biasanya mama buat minuman untuk temanku bisanya aja bibi inah yang bawain kenapa sekarang mama yang kerajinan nyiapin buat arno. “hey arno…udah lama nggak main kasini, kuliah dimana sekarang???,” Tanya mama yang berdiri disampingku. “saya kuliah di UGM tante, tapi tahun ini saya akan kuliah ke jepang buat pertukaran pelajar,” jawabnya dengan sopan. “jepang???, ly…aauu.” Sebelum mama menyelesaikan bicaranya, perut gembul mama aku cubit biar enggak melanjutkan percakapanya dan memberi tau arno tentang rencanaku yang belum pasti akan kuliah di negri sakura. Aku suruh mama masuk biar enggak ganggu aku dan arno yang lagi ngobrol.

-$$$-

Dua hari kemudian aku dapat email dan kiriman surat dari universitas Tokyo bahwasannya aku diterima sebagai mahasiswa mereka, betapa senangnya diriku akhirnya kesabaranku dan usaha belajar mati-matianku tak sia-sia belakang. Esok sorenya felix mengajak aku ke café tempat kami ngumpul untuk merayakannya bersama teman-teman 4 sekawan meraih mimpi dan juga sekalian mengelar perpisahan untuk felix dan aku yang akan merantau ke negri orang. Aku sebulan lagi akan terbang ke jepang sedangkan felix seminggu lagi dia akan terbang ke amerika kita semua akan berpisah dengannya untuk waktu yang sangat lama begitu juga aku akan berpisah dengan mereka untuk waktu yang sangat lama juga. Aku pastinya akan merindukan mereka saat jauh darinya, waktu semakin cepat berlalu tak terasa tahun beganti bulan, bulan berganti minggu, minggu berganti hari, hari berganti jam, jam berganti dekik dan kita semua beranjak lebih dewasa dari tahun-tahun kemarin. Persahabatan tetap persahabatan walaupun waktu dan Negara memisahkan kita.

Akhirnya tiba saatnya melepas kepergian felix kebandara dengan perasaan haru dan sebulan kemudian kini saatnya aku yang diantar kepergiannya oleh papa, mama, jessy dan villa kebandara, begitu sedihnya aku berpisah dengan kedua orang tuaku dan sahabat terbaikku yang selalu ada disisiku selama ini. Air mata yang jatuh dipipiku begitu derasnya mengalir tak henti-hentinya aku usap semua kesedihan dihati. Tapi aku janji air mata yang menetes ini akan aku jadikan semangat untuk meraih cita-citaku sebagai dokter di negri sakura. Dan ketika kembali lagi ke Indonesia aku bisa membuat bangga kalian semua. Pesawat sudah terbang begitu tinggi saat ini dan terlihat dari kejauhan lautan yang biru begitu eloknya untuk dipandang.

-$$$-

Empat tahun kemudian, kini aku pulang ke Indonesia bersama arno yang sekarang menjadi kekasihku. Dia ternyata dulu sudah tau kalau aku akan meneruskan sekolah ke jepang , berkat info dari felix dia mencariku dan mencari pintu hatiku yang masih terbuka untuknya. Kali ini aku pulang karna ancaman dari si mencit yang akan membunuhku jika aku tak datang keacara pernikahannya dengan manager café yang dulu sering waktu SMA kita ngumpul-ngumpul. Dan cita-citanya yang ingin membuka salon dekat café itu pun akhirnya terwujud juga. Sedangkan jessy sekarang sudah menjadi arsitektur seperti mimpinya selama ini. Begitu juga dengan felix yang sudah meraih impiannya sebagai pilot dan sudah bisa menganggap aku sebagai sahabat sejatinya, dengan mengenalkan tunangan bulenya yang begitu manis kekita semua. Akhirnya cita-cita 4 sekawan meraih mimpi terwujud sesuai dengan keinginan kita semua dengan semangat dan sabar apa yang tak mungkin akan menjadi mungkin. Walaupun dari nilai 1% keyakinan yang dipupuk dengan usaha maksimal dan ikhtiar akan bisa mencapai nilai 100% untuk meraih mimpi dengan kesuksesan.

_the end_

Trik-Tips Blog Trick Blog